Sabtu, 05 Oktober 2013

Krisis Kepemimpinan maluku Utara

OPINI : KRISIS KEPEMIMPINAN MALUKU UTARA

Di era globalisasi yang mengandung aspek positif & negatif serta sikap pro & kontra dibutuhkan bentuk - bentuk kepemimpinan di semua lini lebih tangguh,  dalam bentuk kepemimpinan visioner, kepemimpinan transformasional, kepemimpinan yg berjiwa kewirausahaan  yg mampu berfikir strategis,  kepempinan global bahkan statesmanship. Kepemimpinan disemua lini dimaksudkan bahwa bentuk kepemimpinan tidak selalu hanya dikalangan Birokrasi,  Politisi, maupun Pengusaha yang notabene menjadi orang-orang yang menjadi panutan atau dalam istilah lain lebih populer. Tetapi kepemimpinan bisa saja muncul dari setiap pribadi dari masyarakat biasa sekalipun yang mampu menjadi panutan bagi individu atau kelompok dalam interkasi sosialnya. Penegasan ini menjadi penting karena  dewasa ini kita tengah menghadapi suatu Krisis Kepemimpinan secara nasional. Kesulitan mencari sosok pemimpin yang ideal dengan ukuran-ukuran yang tidak pernah cukup.karena kepemimpinan itu sendiri berkembang secara dinamis mengikuti perubahan zaman.
Krisis Kepemimpinan membuat kriteria – kriteria kepemimpinan ideal menjadi sangat kompleks dari waktu-waktu. Ada kurang lebih 3000 buku yang membahas tentang berbagai Aspek Kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru, apa yang harus diraih , apa yang harus dipelajari, apa yang harus diperjuangkan , perlu tidaknya pendelegasian, perlu tidaknya berkolaborasi, pemimpin-pemimpin dari berbgai belahan dunia , kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan, bagaimana meraih kredibilitas, bagaimana menjadi pemimpin yang otentik, dan lain sebagainya. Dari berbagai aspek di atas pertanyaanya adalah sejauh mana berbagai pandangan tersebut menjadi efektif dalam menerapkan kepemimpinan dilingkungan dimana individu tersebut berperan. Daftar panjang aspek diatas semakin memberikan kita kejelasan bahwa aspek kepemimpinan merupakan sesuatu hal yang berperan sangat vital dalam mengisi peradaban manusia dimuka bumi, tanpa kepemimpinan maka krisis akan menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Hal ini yang dewasa ini terjadi di Indonesia, dengan Kasus korupsi sebagai indikator utamanya membuat kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan ditingkat nasional menurun. Tindak korupsi di Indonesia lebih banyak diperankan di kalangan pengusaha dan pejabat. Sejak Orde Lama, Orde Baru hingga era reformasi, kedua kelompok ini masih paling banyak menggarong uang negara dengan aneka modus korupsinya. Di lembaga pemerintahan yang menjadi sorotan utama misalnya Kasus Korupsi yang melibatkan kepala Daerah baik Gubernur dan Bupati Walikota mencapai 58% yakni 304 dari 524 kepala Daerah (sumber:www.metroterkini.com). Hal ini kemudian berimbas pada aspek daya saing ekonomi pemerintah indonesia yang sangat rendah di mata dunia. Menurut World Economic Forum tahun 2011 bahwa faktor penyebab utama permasalah rendahnya daya saing ekonomi indonesia adalah Korupsi (15,,4%) dan Birokrasi Pemerintahan yang tidak efisien (14,3%). Fakta-fakta yang dipaparkan diatas kemudian menjelaskan bahwa kita sementara berada dalam krisis kepemimpinan. Kesulitan  mencari pemimpinan yang bebas korupsi, jujur, tegas,adil, yang mampu membawa nama baik pemerintah Indonesia dikancah Internasional. Kekhawatiran ini cukup berasalan karena jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemerintah yang pada akhirnya mengakibatkan keguncangan negara.
Menjelang Tahun 2014, kita kan diperhadapkan dengan agenda Pemilihan. KPU telah menetapkan, tanggal  9 April 2014 sebagai hari pemungutan dan penghitungan suara untuk pemilihan anggota DPD, DPR RI, DPRD I, dan DPRD II. Persis dua bulan setelah pemilu legislatif, 9 Juli 2014, pemilih kembali akan masuk ke TPS untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Setelah Idul Fitri  ini, suhu politik mulai memanas. Aktivitas politik para calon anggota legislatif maupun calon presiden diperkirakan mulai mendominasi pemberitaan.Maklumlah, pada 11 Januari 2014, atau sekitar tiga bulan dari sekarang, para calon anggota legislatif akan memulai kampanye terbuka secara resmi. Banyak kandidat yang berlomba untuk mempromosikan diri sebagai calon Legislatif. Berbagai cara mereka tempuh, mulai dari mengiklankan diri, melakukan politik blusukan, mendirikan partai, hingga aktif mendekati partai-partai. Mayoritas kandidat yang ada masih berasal dari tokoh lama atau politisi lama dengan pencitraan baru. Dari 1,1 juta lebih Penduduk Maluku Utara kita seakan kesulitan menemukan pemimpin yang tepat untuk mewakili rakyatnya membawa Maluku Utara  ke gerbang kemajuan, kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran. Apalagi Maluku Utara masih berporses dalam Pemilihan Gubernur Maluku Utara Periode 2013 -2018 lewat pemilihan ulang pada akhir Oktober nanti setelah sebelumnya ditetapkan pada tanggal 25 september 2013 namun gagal. Proses yang oleh sebagian masyarakat mengundang tanda tanya besar mengingat kita punya sejarah pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur terlama di Indonesia beberapa tahun lalu.
Kalau kita serius berusaha, banyak potensi kepemimpinan yang mampu memimpin perubahan di Maluku Utara. Banyak orang Maluku Utara yang masih bersih, berkomitmen, lurus, mempunyai visi, dan siap melakukan perubahan. Potensi - potensi kepemimpinan itu ada di banyak tempat, baik di pemerintah, partai politik, maupun kampus dan organisasi masyarakat. Paling tidak kita perlu mencari pemimpin yang sudah diketahui track recordnya, visi dan misinya, gaya hidupnya, serta komitmennya untuk membuat kebijakan yang prorakyat haruslah menjadi agenda bersama. Dengan pemimpin yang menjadikan nilai-nilai keutamaan publik (public virtue) dan keinginan yang gigih (passion) untuk mengabdi pada rakyat sebagai landasan kepemimpinannya, masa depan Indonesia yang lebih baik bukan lagi mimpi belaka. Pemimpin yang menetapkan  kebijakan dan anggaran npemerintahdengan lebih memproyeksikan pada kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Banyak anggaran yang selama ini menguap, hanya dinikmati segelintir orang, dan menjadi ajang korupsi untuk pendanaan partai. Ketika rakyat serius dan rajin membayar pajak, banyak pejabat dan pengusaha besar yang bermasalah dengan pembayaran pajak mereka.Para pemimpin ini diharapakan tidak mengulangi kesalahan para pendahulu mereka yang tanpa beban enggan membayar pajak dan menikmati fasilitas negara tanpa peduli dengan rakyat. Sebagaimana dikatakan oleh Vaclav Havel  Presiden Cekoslovakia (1989-1992) yang ke-10 dan Presiden Republik Ceko yang pertama (1993-2003), “ Politik bukanlah cara untuk menipu atau memerkosa hak-hak rakyat. Politik adalah cara untuk mendukung kebahagiaan dan kepentingan umum guna membuat dunia yang lebih baik”.

Mengatasi Krisis Kepemimpinan

Dari uraian di atas pailng tidak ada beberapa gejala yang disarikan yang menjelaskan kondisi kita sedang dalam masa krisis kepermimpinan yaitu : pertama, masyarakat merasa tak memiliki pemimpin sesuai harapan. Kedua kecenderungan masyarakat loyal secara buta kepada yang memimpin, ketiga yang menyangkut masalah tradisi, budaya, sistim politik terutama kepartaian.
                     Bila melihat pada kondisi kepemimpinan Maluku Utara sekarang, masih jauh dari harapan. Kita berada dalam kondisi Kritis dimana Harapan masyarakat tentang pemimpin baru yang bisa mengelola daerah, memakmurkan, dan mencerdaskan masyarakat masih jauh. Kita kehilangan Figur yang mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat.Kita tersadar bahwa sebenarnya kepercayaan tersebut tidak terbangun lewat kekuasaan besarnya kekuasaan yang dimiliki tetapi terutama oleh apa dan bagaiman memperoleh hasil dan keberpihakan pemimpin pada kepentingan rakyatnya. Ketika pemimpin tidak mengemban tugas rakyat, terjadilah krisis kepemimpinan. Ketika lembaga peradilan tidak berfungsi menegakan keadilan, rakyat main hamin sendiri. Rakyat bertindak anarkis karena tidak ada kepastian hukum, karena tiidak ada komitmen pemimpin pada nasib orang kecil sehingga rakyat jadi tumbal. Proses Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur maluku Utara adalah salah satu contoh penyebab hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemimpin daerah, Pemimpin Lembaga Peradilan, Pemimpian Kepolisian. Mungkin dengan sedikit istilah vikinisasi ”we have no Hope anymore untuk Maluku Utara”.
Namun demikian, sebagai warga negara yang menjadi bagian dari ini semua, berkewajiban untuk menjawab tantangan. Dengan bertanya pada diri sendiri. Mengapa menciptakan sebuah harapan bagi seorang pemimpin membutuhkan waktu yang terlalu lama? Apakah menciptakan sebuah harapan mengatasi krisis kepemimpinan ini terlalu sulit? Apakah menciptakan harapan menjadi sebuah dilema yang sangat sulit diwujudkan? Padahal, ini hanya sebuah harapan, bagaimana dengan realita keberhasilan dalam mencari pola kepemimpinjan yang efektif? Pasti masih sangat jauh untuk dinikmati.
Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kepemim­pinan sebagai suatu proses dapat berlang­sung di dalam dan di luar suatu organisasi. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis pula.
Kepemimpinan yang efektif merupa­kan proses yang bervariasi, karena dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam proses seperti itu kepemimpinan akan berlangsung efektif, apabila fungsi-fungsi kepemimpinan diwujudkan sesuai dengan type kepemimpinan yang mampu memberikan peluang bagi orang yang dipimpin, untuk ikut berperan serta dalam menetapkan dan melaksanakan keputusan-keputusan. Dengan demikian berarti setiap kreativitas dan inisiatif dalam kepemim­pinan yang efektif harus disalurkan dan dimanfaatkan.
Kepemimpinan yang efektif seperti tersebut di atas, hanya terwujud jika mam­pu menghormati hak-hak asasi manusia, meskipun akan selalu menghadapkan ke­pemimpinan pada berbagai konflik. Untuk itu kepemimpinan yang efektif harus mampu menyelesaikan setiap konflik, se­bagai bagian dari prosesnya yang dinamis. Tidak hanya dengan membangun retorika tanpa aksi yang nyata dilapangan. Masyarakat Maluku Utara terjebak dalam auforia pemimpin yang mampu menghipnotis rakyat dengan beretorika namun minim dalam melakukan aksi nyata mengentaskan kemiskinan, mengangkat harkat dan martabat rakyatnya. Hal seperti ini harus segera dihilangkan. Untuk itu apa yang harusnya dilakukan?

Pertama, perlu juga ada rekayasa sosial dan politik agar para tokoh masyarakat yang benar-benar berjuang untuk rakyat dapat menjadi pemimpin alternatif  yang bisa mendapat tempat di partai politik, entah dengan aktif di dalamnya atau ada sekelompok orang baik di partai politik yang mendorong perubahan di internal partai. Mengingat sistim yang kita anut adalah sistim Proporsional Terbuka yang memiliki kelemahan tersendiri.
Kedua, masyarakat sipil perlu bekerja sama dengan media, lembaga riset, kampus, dan partai politik untuk memunculkan pemimpin alternatif.Selama ini, ketika kita menanyakan kepada rakyat siapa pemimpin yang mereka harapkan, rata-rata jawabannya ialah calon pemimpin yang populer dan banyak muncul di media. Umumnya, kita hanya mengikuti pendapat rakyat yang sebetulnya sudah terpengaruh oleh pencitraan-pencitraan politik calon pemimpin. Mestinya, kita menyeleksi calon pemimpin yang ada dan kemudian mempromosikan calon pemimpin itu kepada rakyat. Kita perlu membuat panggung-panggung sosial, budaya, dan politik yang bisa mendorong pemunculan pemimpin alternatif ini. Panggung-panggung itulah yang nantinya diharapkan mendekatkan calon pemimpin dengan rakyat di bawah agar mereka dapat berdialog dengan rakyat. Dengan adanya pemimpian – pemimpin alternatif ini kita tidadk akan terjebak dalam situasi dimana tidak memiliki pilihan lain. Akhirnya Money politic menjadi raja dalam setiap proses pemilihan, sikap primodialisme menjadi posisi aman terkahir yang justru nantinya mengancam kebersamaan.Membuat kita selalu jauh dari harapan memperoleh pemimpin yang bisa diterima oleh semua pihak mengingat kita Maluku Utara sangat menjunjung tinggi kebersamaan dalam keberagaman. Namun, untuk kebaikan bersama kita harus terus memiliki harapan. Mahatma Gandhi mengatakan, “Lebih baik menyalakan lilin daripada terus mengutuk kegelapan.” Jangan terjebak dengan rasa pesimistis tetapi terus berusaha membenahi Tanah Leluhur kita untuk kita dan generasi berikutnya.