OPINI : KRISIS KEPEMIMPINAN MALUKU UTARA
Di era globalisasi yang mengandung aspek positif
& negatif serta sikap pro & kontra dibutuhkan bentuk - bentuk kepemimpinan
di semua lini lebih tangguh, dalam
bentuk kepemimpinan visioner, kepemimpinan transformasional, kepemimpinan yg
berjiwa kewirausahaan yg mampu berfikir
strategis, kepempinan global bahkan statesmanship. Kepemimpinan disemua lini
dimaksudkan bahwa bentuk kepemimpinan tidak selalu hanya dikalangan
Birokrasi, Politisi, maupun Pengusaha
yang notabene menjadi orang-orang yang menjadi panutan atau dalam istilah lain
lebih populer. Tetapi kepemimpinan bisa saja muncul dari setiap pribadi dari
masyarakat biasa sekalipun yang mampu menjadi panutan bagi individu atau
kelompok dalam interkasi sosialnya. Penegasan ini menjadi penting karena dewasa ini kita tengah menghadapi suatu Krisis
Kepemimpinan secara nasional. Kesulitan mencari sosok pemimpin yang ideal
dengan ukuran-ukuran yang tidak pernah cukup.karena kepemimpinan itu sendiri
berkembang secara dinamis mengikuti perubahan zaman.
Krisis Kepemimpinan
membuat kriteria – kriteria kepemimpinan ideal menjadi sangat kompleks dari
waktu-waktu. Ada kurang lebih 3000 buku yang membahas tentang berbagai Aspek
Kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang harus
ditiru, apa yang harus diraih , apa yang harus dipelajari, apa yang harus diperjuangkan , perlu tidaknya pendelegasian, perlu tidaknya
berkolaborasi, pemimpin-pemimpin dari berbgai
belahan dunia , kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan, bagaimana meraih
kredibilitas, bagaimana menjadi pemimpin yang otentik, dan lain sebagainya. Dari berbagai aspek di atas
pertanyaanya adalah sejauh mana berbagai pandangan tersebut menjadi efektif dalam
menerapkan kepemimpinan dilingkungan dimana individu tersebut berperan. Daftar
panjang aspek diatas semakin memberikan kita kejelasan bahwa aspek kepemimpinan
merupakan sesuatu hal yang berperan sangat vital dalam mengisi peradaban
manusia dimuka bumi, tanpa kepemimpinan maka krisis akan menjadi bagian dalam
kehidupan manusia. Hal ini yang dewasa ini terjadi di Indonesia, dengan Kasus
korupsi sebagai indikator utamanya membuat kepercayaan masyarakat terhadap
kepemimpinan ditingkat nasional menurun. Tindak korupsi di Indonesia lebih banyak diperankan di
kalangan pengusaha dan pejabat. Sejak Orde Lama, Orde Baru hingga era
reformasi, kedua kelompok ini masih paling banyak menggarong uang negara dengan
aneka modus korupsinya. Di lembaga
pemerintahan yang menjadi sorotan utama misalnya Kasus Korupsi yang melibatkan
kepala Daerah baik Gubernur dan Bupati Walikota mencapai 58% yakni 304 dari 524
kepala Daerah (sumber:www.metroterkini.com). Hal ini kemudian berimbas pada aspek daya saing
ekonomi pemerintah indonesia yang sangat rendah di mata dunia. Menurut World
Economic Forum tahun 2011 bahwa faktor penyebab utama permasalah rendahnya daya
saing ekonomi indonesia adalah Korupsi (15,,4%) dan Birokrasi Pemerintahan yang
tidak efisien (14,3%). Fakta-fakta yang dipaparkan diatas kemudian menjelaskan
bahwa kita sementara berada dalam krisis kepemimpinan. Kesulitan mencari pemimpinan yang bebas korupsi, jujur,
tegas,adil, yang mampu membawa nama baik pemerintah Indonesia dikancah
Internasional. Kekhawatiran ini cukup berasalan karena jika tidak segera
diatasi dapat menyebabkan rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemerintah yang
pada akhirnya mengakibatkan keguncangan negara.
Menjelang
Tahun 2014, kita kan diperhadapkan dengan agenda Pemilihan. KPU telah menetapkan, tanggal 9 April 2014
sebagai hari pemungutan dan penghitungan suara untuk pemilihan anggota DPD, DPR
RI, DPRD I, dan DPRD II. Persis dua bulan setelah pemilu legislatif, 9 Juli 2014, pemilih kembali akan masuk ke TPS
untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Setelah
Idul Fitri ini, suhu politik mulai
memanas. Aktivitas politik para calon anggota legislatif maupun calon presiden
diperkirakan mulai mendominasi pemberitaan.Maklumlah, pada 11 Januari 2014,
atau sekitar tiga bulan dari sekarang, para calon anggota legislatif akan
memulai kampanye terbuka secara resmi. Banyak kandidat yang berlomba untuk mempromosikan diri
sebagai calon Legislatif. Berbagai cara mereka tempuh, mulai dari mengiklankan
diri, melakukan politik blusukan, mendirikan partai, hingga aktif mendekati
partai-partai. Mayoritas kandidat yang ada masih berasal dari tokoh lama atau
politisi lama dengan pencitraan baru. Dari 1,1 juta lebih Penduduk Maluku Utara
kita seakan kesulitan menemukan pemimpin yang tepat untuk mewakili rakyatnya
membawa Maluku Utara ke gerbang
kemajuan, kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran. Apalagi Maluku Utara masih
berporses dalam Pemilihan Gubernur Maluku Utara Periode 2013 -2018 lewat
pemilihan ulang pada akhir Oktober nanti setelah sebelumnya ditetapkan pada
tanggal 25 september 2013 namun gagal. Proses yang oleh sebagian masyarakat
mengundang tanda tanya besar mengingat kita punya sejarah pemilu Gubernur dan
Wakil Gubernur terlama di Indonesia beberapa tahun lalu.
Kalau
kita serius berusaha, banyak potensi kepemimpinan yang mampu memimpin perubahan
di Maluku Utara. Banyak orang Maluku Utara yang masih bersih, berkomitmen,
lurus, mempunyai visi, dan siap melakukan perubahan. Potensi - potensi
kepemimpinan itu ada di banyak tempat, baik di pemerintah, partai politik,
maupun kampus dan organisasi masyarakat. Paling tidak kita perlu mencari
pemimpin yang sudah diketahui track recordnya, visi dan misinya, gaya
hidupnya, serta komitmennya untuk membuat kebijakan yang prorakyat haruslah
menjadi agenda bersama. Dengan pemimpin yang menjadikan nilai-nilai keutamaan
publik (public virtue) dan keinginan yang gigih (passion) untuk
mengabdi pada rakyat sebagai landasan kepemimpinannya, masa depan Indonesia
yang lebih baik bukan lagi mimpi belaka. Pemimpin yang menetapkan kebijakan dan anggaran npemerintahdengan
lebih memproyeksikan pada kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Banyak anggaran
yang selama ini menguap, hanya dinikmati segelintir orang, dan menjadi ajang
korupsi untuk pendanaan partai. Ketika rakyat serius dan rajin membayar pajak,
banyak pejabat dan pengusaha besar yang bermasalah dengan pembayaran pajak
mereka.Para pemimpin ini diharapakan tidak mengulangi kesalahan para pendahulu
mereka yang tanpa beban enggan membayar pajak dan menikmati fasilitas negara
tanpa peduli dengan rakyat. Sebagaimana dikatakan oleh Vaclav Havel Presiden
Cekoslovakia (1989-1992) yang ke-10 dan Presiden Republik Ceko yang pertama
(1993-2003), “ Politik bukanlah cara untuk menipu atau
memerkosa hak-hak rakyat. Politik adalah cara untuk mendukung kebahagiaan dan
kepentingan umum guna membuat dunia yang lebih baik”.
Mengatasi
Krisis Kepemimpinan
Dari
uraian di atas pailng tidak ada beberapa gejala yang disarikan yang menjelaskan
kondisi kita sedang dalam masa krisis kepermimpinan yaitu : pertama, masyarakat
merasa tak memiliki pemimpin sesuai harapan. Kedua kecenderungan masyarakat
loyal secara buta kepada yang memimpin, ketiga yang menyangkut masalah tradisi,
budaya, sistim politik terutama kepartaian.
Namun
demikian, sebagai warga negara yang menjadi bagian dari ini semua, berkewajiban
untuk menjawab tantangan. Dengan bertanya pada diri sendiri. Mengapa
menciptakan sebuah harapan bagi seorang pemimpin membutuhkan waktu yang terlalu
lama? Apakah menciptakan sebuah harapan mengatasi krisis kepemimpinan ini
terlalu sulit? Apakah menciptakan harapan menjadi sebuah dilema yang sangat
sulit diwujudkan? Padahal, ini hanya sebuah harapan, bagaimana dengan realita
keberhasilan dalam mencari pola kepemimpinjan yang efektif? Pasti masih sangat
jauh untuk dinikmati.
Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Kepemimpinan sebagai suatu proses dapat berlangsung di dalam dan
di luar suatu organisasi. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang
dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem
kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis
pula.
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang
bervariasi, karena dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan
hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam proses seperti
itu kepemimpinan akan berlangsung efektif, apabila fungsi-fungsi kepemimpinan
diwujudkan sesuai dengan type kepemimpinan yang mampu memberikan peluang bagi
orang yang dipimpin, untuk ikut berperan serta dalam menetapkan dan
melaksanakan keputusan-keputusan. Dengan demikian berarti setiap kreativitas
dan inisiatif dalam kepemimpinan yang efektif harus disalurkan dan
dimanfaatkan.
Kepemimpinan
yang efektif seperti tersebut di atas, hanya terwujud jika mampu menghormati
hak-hak asasi manusia, meskipun akan selalu menghadapkan kepemimpinan pada
berbagai konflik. Untuk itu kepemimpinan yang efektif harus mampu menyelesaikan
setiap konflik, sebagai bagian dari prosesnya yang dinamis. Tidak hanya dengan
membangun retorika tanpa aksi yang nyata dilapangan. Masyarakat Maluku Utara
terjebak dalam auforia pemimpin yang mampu menghipnotis rakyat dengan
beretorika namun minim dalam melakukan aksi nyata mengentaskan kemiskinan,
mengangkat harkat dan martabat rakyatnya. Hal seperti ini harus segera
dihilangkan. Untuk itu apa yang harusnya dilakukan?
Pertama,
perlu juga ada rekayasa sosial dan politik agar para tokoh masyarakat yang
benar-benar berjuang untuk rakyat dapat menjadi pemimpin alternatif yang bisa mendapat tempat di partai politik,
entah dengan aktif di dalamnya atau ada sekelompok orang baik di partai politik
yang mendorong perubahan di internal partai. Mengingat sistim yang kita anut
adalah sistim Proporsional Terbuka yang memiliki kelemahan tersendiri.
Kedua,
masyarakat sipil perlu bekerja sama dengan media, lembaga riset, kampus, dan
partai politik untuk memunculkan pemimpin alternatif.Selama ini, ketika kita
menanyakan kepada rakyat siapa pemimpin yang mereka harapkan, rata-rata
jawabannya ialah calon pemimpin yang populer dan banyak muncul di media.
Umumnya, kita hanya mengikuti pendapat rakyat yang sebetulnya sudah terpengaruh
oleh pencitraan-pencitraan politik calon pemimpin. Mestinya, kita menyeleksi
calon pemimpin yang ada dan kemudian mempromosikan calon pemimpin itu kepada
rakyat. Kita perlu membuat panggung-panggung sosial, budaya, dan politik yang
bisa mendorong pemunculan pemimpin alternatif ini. Panggung-panggung itulah
yang nantinya diharapkan mendekatkan calon pemimpin dengan rakyat di bawah agar
mereka dapat berdialog dengan rakyat. Dengan adanya pemimpian – pemimpin
alternatif ini kita tidadk akan terjebak dalam situasi dimana tidak memiliki
pilihan lain. Akhirnya Money politic menjadi raja dalam setiap proses
pemilihan, sikap primodialisme menjadi posisi aman terkahir yang justru
nantinya mengancam kebersamaan.Membuat kita selalu jauh dari harapan memperoleh
pemimpin yang bisa diterima oleh semua pihak mengingat kita Maluku Utara sangat
menjunjung tinggi kebersamaan dalam keberagaman. Namun, untuk kebaikan bersama kita harus
terus memiliki harapan. Mahatma Gandhi mengatakan, “Lebih baik menyalakan lilin daripada terus mengutuk
kegelapan.” Jangan terjebak dengan rasa pesimistis tetapi terus
berusaha membenahi Tanah Leluhur kita untuk kita dan generasi berikutnya.